Ide mentjari tjangkir aloeminioem ini datang dari iboe saja. Waktoe beliaoe minta dibelikan tjangkir blek/gembreng jang oleh kebanjakan warga kampoeng saja digoenakan oentoek ngirim (istilah oentoek aktivitas mengirim makanan bagi tetangga/tenaga jang tengah mengerjakan sawah), begitoe soedah dapat barang itoe, tiba-tiba iboe saja teringat bahwa doeloe beliaoe djoega sering menggoenakan tjangkir aloeminioem.
"Masih ada jang djoeal nggak ja tjangkir aloeminioem?" tanja iboe saja. Sedjoemlah toko jang biasa mendjadi target lokasi perboereoan saja datangi. Dari sekian banjaknja, roepanja hanja satoe jang poenja. Itoe poen tinggal empat bidji, tidak lebih. "Barangnja soedah tidak keloear lagi," udjar pemilik toko itoe.
Pada salah satoe tjangkir berdiameter toedjoeh tjeentimeter itoe masih melekat label, meski soedah tidak oetoeh lagi. Label berbentoek lingakaran berwarna darah merah itoe menjisakan gambar onta warna hitam, serta toelisan aloeminioem serta L/N, jang saja tidak tahoe apa maknanja.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar